OLEH PAPUANIS ALAMKINAL
I. Pendahuluan Latar Belakang Perumahan dan pemukiman adalah salah satu kebutuhan pokok manusia disamping sandang dan pangan. Tempat tinggal,tempat bermukim atau papan dilengkapi dengan apa yang disebut rumah sebagai tempat yang berlidung yang aman. Oleh karena itu rumah harus dirancang sedemikian rupa agar penghuninya merasa betah dan memberikan rasa aman,nyaman dan menyenangkan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memberikan batasan tentang perumahan (housing) sebagai suatu strukur fisik yang digunakan untuk tempat berlindung dimana lingkungan dan struktur tersebut termasuk fasilitas dan pelayanan yang dibutuhkan,perlengkapan yang berguna untuk kjesehatan jasmani dan rohani,dan keadaan sosialnya yang baik untuk keluarga dan individu. Dari definisi tersebut jelas bahwa perumahan dipersyaratkan untuk mencapai derajat kesehatan sebaik-baiknya bagi penghuninya,baik kesehatan jasmani,rohani maupun sosial. Sejak program transmigrasi dilakukan oleh pemerintah, Sebagian besar penduduk Indonesia bermukim di pedesaan yang tersebar di Indonesia. Penduduk yang tinggal di pedesaan memiliki masalah-masalah yang berbeda dengan penduduk di perkotaan. Penduduk desa memiliki lingkungan hidup serta pola hidup yang tersendiri. Masalah yang pada umumnya ditemukan pada penduduk desa antara lain adalah: • Masalah air . • Masalah barang/benda sisa/bekas seperti air limbah, sampah, tinja. • Masalah makanan dan minuman. • Masalah perumahan dan bangunan. • Masalah pencemaran terhadap udara, tanah dan air. • Masalah pengawasan arthropoda dan rodentia. • Masalah kesehatan kerja. Beberapa hal ini membutuhkan perhatian dan penanganan khusus dari semua pihak, terutama tenaga sarjana kesehatan masyarakat yang memang seharusnya bertanggung jawab dalam hal ini. Tujuan Untuk mengetahui masalah kesehatan yang pada umumnya ditemukan di daerah permukiman pedesaan. Menemukan solusi yang tepat berdasarkan data sesuai standar yang ditentukan oleh WHO. Manfaat Mahasiswa dapat mengetahui masalah kesehatan yang pada umumnya ditemukan di daerah permukiman pedesaan. Mahasiswa dapat menemukan solusi yang tepat berdasarkan data sesuai standar yang ditentukan oleh WHO. II. PEMBAHASAN Pengertian Desa Menurut Undang-undang No. 5 Tahun 1979 Tentang pemerintah daerah Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat hukum, yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah, langsung di bawah camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan negara kesatuan Republik Indonesia. Menurut Sutardjo Kartohadikusumo Desa adalah suatu kesatuan hukum tempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri. Kesehatan penduduk merupakan salah satu indicator tingkat kesejahteraan masyarakat yang antara lain dipengaruhi oleh faktor lingkungan hidup. Karakteristik lingkungan pedesaan sebagai daerah ditandai oleh kepadatan penduduk yang pada umumnya tidak terlalu padat, drainasi sempit dan dangkal, tata letak bangunan tidak teratur, sanitasi rumah buruk, konstruksi bangunan tidak teratur dan jalan yang masih sempit. Akibatnya khalayak yang bermukim di wilayah dengan lingkungan hidup seperti ini memiliki masalah kesehatan yang berbeda dengan penduduk perkotaan yang cenderung lebih padat. Salah satu masalah pemerintah kita adalah rendahnya tingkat kesadaran akan kesehatan masyarakat. Sebagai contoh, di desa karawang. Air tidak tersedia dengan layak. Kondisi rumah masih jauh dari standar kesehatan. Sanitasi tidak mendukung. Semua itu menjadi indikasi rendahnya tingkat kesadaran akan kesehatan lingkungan warga desa Karawang.di sekitar pesisir pantai tersebut banyak sekali sampah-sampah yang berserakan, belum lagi dengan keadaan warga desanya itu sendiri yang terbiasa membuang sampah-sampah yang seharusnya menjadi limbah kini mereka biarkan begitu saja dengan membuang sampah itu ke daerah pesisir pantai. Penduduk di desa memiliki gaya hidup yang lebih primitive daripada masyarakat perkotaan. Proses informasi yang masih dilakukan dari mulut ke mulut secara langsung memungkinkan kontak social yang lebih sering daripada masyarakat perkotaan. Fasilitas umum yang terbatas juga memberikan efek yang tidak jauh berbeda. Seperti telah dikemukakan di atas, permasalahan kesehatan lingkungan permukiman yang terjadi di pedesaan Indonesia pada umumnya adalah: • Masalah air . • Masalah barang/benda sisa/bekas seperti air limbah, sampah, tinja. • Masalah makanan dan minuman. • Masalah perumahan dan bangunan. • Masalah pencemaran terhadap udara, tanah dan air. • Masalah pengawasan arthropoda dan rodentia. Masalah air Ditinjau dari sudut ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air bersih harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena persediaan air bersih yang terbatas memudahkan timbulnya penyakit di masyarakat. Volume rata-rata kebutuhan air setiap individu per hari berkisar antara150-200 liter atau 35-40 galon. Kebutuhan air tersebutbervariasi dan bergantung pada keadaan iklim, standar kehidupan, dan kebiasaan masyarakat. (Chandra budiman “pengantar kesling” hal.39) 1. Sumber air di pedesaan a. Sumur Sumur merupakan sumber utama persediaan air bersih bagi penduduk yang tinggal di daerah pedesaan. Namun, di daerah pedesaan system sanitasi sumur kurang diperhatikan mulai dari lokasi sumur yang dibangun tidak sesuai standart bahkan ada sumur yang hanya berjarak 1-2 meter dari sumber pencemaran yang seharusnya berjarak minimal 15 meter dan terletak lebih tinggi dari sumber pencemaran sperti kakus, kandang ternak, tempat sampah, dan sebagainya. Dinding sumur pada umumnya sudah baik (di daerah Sulawesi) namun tidak dilengkapi tutup sumur yang dapat mencegah kontaminasi langsung, sumur di pedesaan pada umumnya masih menggunakan system timba yang dapat memperbesar kemungkinan terjadinya kontaminasi pemakaian pompa tangan/listrik masih jarang. Selain itu system drainase juga kurang diperhatikan sehingga memungkinkan terjadinya genangan air di sekitar sumur. Semua hal ini menggambarkan kondisi sumber air masyarakat desa yang belum sesuai standar, hal ini diakibatkan karena minimnya pengetahuan penduduk desa mengenai standar2 sumur sanitasi dan perilaku sehat, oleh karena itu peranan dari semua pihak yang berkaitan dengan kesehatan sangat diperlukan untuk menjangkau masyarakat pedesaan. (anonymous, “sumur sanitasi” hal.46) b. Sungai/danau Sungai juga merupakan sumber air bahkan menjadi sumber mata pencaharian masyarakat pedesaan. Keadaan hulu sungai pada umumnya masih baik (kecuali di daerah pulau jawa) dan jarang tersentuh oleh masyarakat. Daerah tepian sangat rentan, banyak masyarakat desa yang membuat jamban di tepi bahkan di daerah aliran sungai/danau sehingga bila terjadi banjir masyarakat mudah terserang penyakit. Penyakit helmintik sangat mudah menular mengingat sungai juga digunakan untuk mandi dan mencuci. Tidak mengherankan bila jika terjadi 1 kasus diare di suatu desa yang berada di tepi aliran sungai penyebarannya menjadi sangat cepat. (anonymous, “online” 18 feb.2010. 2. Water desease di pedesaan Terjadinya suatu penyakit tentunya memerlukan adanya agens dan terkadang vector. Berikut beberapa contoh penyakit yang ditularkan melalui air berdasarkan tipe agens penyebabnya 1. Penyakit viral, misalnya hepatitis viral, poliomyelitis. 2. Penyakit bacterial, misalnya kolera, disentri, tifoid, diare. 3. Penyakit protozoa, misalnya amebiasis, giardiasis 4. Penyakit helmintik, misalnya askariasis whip worm, hydatid disease 5. Leptospiral, misalnya weil’s disease. Semua penyakit ini disebabkan oleh kebiasaan buruk masyarakat (kesadaran masyarakat/pengetahuan masyarakat masih rendah). (budiman candra ‘kesling hal.40-41) • Masalah limbah Hampir semua limbah cair baik yang berasal dari rumah tangga dan industry dibuang langsung ke badan sungai atau laut, ditambah lagi dengan kebiasaan penduduk melakukan kegiatan MCK di bantaran sungai. Akibatnya, kualitas air sungai menurun dan apabila digunakan untuk air baku memerlukan biaya mahal. Kotoran dari manusia yang sakit atau sebagai carrier dari suatu penyakit dapat menjadi sumber infeksi. Kotoran tersebut mangandung agens penyakit yang dapat ditularkan pada pejamu baru dengan perantaraan lalat. Kurangnya kesadaran penduduk desa akan pentingnya jamban keluarga atau jamban yang masih di bawah standar memperburuk kondisi kesehatan masyarakat desa. (anonymous, “online” 18 feb 2010) • Masalah makanan dan minuman a. Sumber bahan makanan Apakah diperoleh dari hasil pertanian, peternakan, perikanan, atau lainnya, sumber bahan makanan harus memenuhi persyaratan sanitasi untuk mencegah terjadinya kontaminasi atau pencemaran. Contoh, hasil pertanian tercemar dengan pupuk kotoran manusia, atau dengan insektisida. Para penduduk desa pada umumya memilih lokasi pertanian yang relative jauh dari pemukiman dan seringkali langsung di olah untuk dikonsumsi sehingga nilai-nilai gizi yang ada dalam sumber pangan masih cukup baik. Yang menjadi masalah adalah pola pengetahuan masyarakat desa dengan prinsip yang penting makan atau yang penting kenyang tanpa mementingkan keseimbangan nilai gizi. b. Pengolahan bahan makanan Proses pengolahan dan penyimpanan makanan juga masih sederhaana, pemasakan yang terlalu masak atau pada pencucian bahan pangan telah mengurangi nilai gizi. Di wilayah papua sering ditemukan pengolahan makanan yang tidak masak, hal ini menyebabkan infeksi parasit seperti cacing taenia solium. Di daerah pegunungan dan dataran tinggi dimana air mendidih pada suhu 60 derajat seringkali menjadi sumber penularan karena jenis kuman tertentu yang tidak mati pada suhu seperti ini. (pengantar kesling, budiman Chandra hal.85) • Masalah pencemaran udara, tanah dan air Sumber-sumber pencemaran udara dapat dibagi dalam dua kelompok besar, sunber alamiah dan akibat perbuatan manusia. Yang paling sering manjadi masalah di pedesaan adalah kasus pencemaran udara yang disebabkan oleh kebakaran hutan. Masyarakat yang membuka lahan kadang menyebabkan hutan di erea sekitar turut terbakar sehingga menimbulkan asap dan gas yang tidak baik bagi pernapasan kecepatan angin yang kuat akan membawa polutan terbang kemena-mana dan dapat mencemari udara di wilayah yang lain. Pencemaran karea sisa bahan bakar minyak oleh kendaraan bermotor berupa gas CO, CO2 dll masih rendah karena kurangnya kendaraan yang ada di desa banyaknya hutan dan tanaman hijau sangat membantu karena menyerap partikel-partikel tersebut. Penggunaan jamban yang tidak sesuai standar menyebabkan pencemaran tanah di sekitar. Lubang pembuangan tinja langsung terpapar dengan tanah ditambah letak lubang pembuangan yang berdekatan dengan hunian menyebabkan infeksi soil transmited worm seperti cacing tambang terjadi secara luas, tanaman pangan yang ditanam di sekitar halaman rumah juga ikut tercemar. Kebiasaan masyarakat yang menggunakan sungai sebagai tempat pembuangan limbah sekaligus juga sebagai tempat mandi dan mencuci membuat penduduk terutama wanita dan anak-anak rentan penyakit, selain itu juga membuat organisme yang ada di aliran sungai seperti keong dan ikan menjadi hospes perantara yang dapat menularkan penyakit. (anonymous, “online”19 feb 2010) • Masalah pengawasan arthropoda dan rodentia. Binatang pengerat bukan saja berbahaya bagi kesehatan, tetapi juga dapat mengakibatkan kerusakan besar pada bangunan, bahan makanan, dan komoditas lain. Sejumlah penyakit yang dihubungkan atau ditularkan melalui binatang pengerat antara lain: 1. Penyakit akibat bakteri, contoh: sampar atau pes,tularemia, dan salmonelosis. 2. Penyakit akibat virus, contoh: ehaemorragic fever 3. Penyakit akibat ricketsia, contoh: scrub typhus 4. Penyakit akibat parasit, contoh: amebiasis Berikut beberapa tipe kontak dengan tikus dan contoh penyakit yang ditularkan akibat kontak tersebut. a. Melalui gigitan tikus (rat bite fever) b. Melalui kontaminasi pada makanan atau air (leptospirosis) c. Melalui pinjal tikus (tifus). Di pedesaan pengendalian pada umumnya menggunakan metode alamiah yaitu dengan memelihara kucing dan penggunaan perangkap. Mungkin karena kasus-kasus penyakit akibat hewan pengerat masih jarang Masyarakat pedesaan sedikit menyepelekan masalah ini. Pemahaman tentang metode penyimpanan makanan dan kondisi rumah yang bersih dapat mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. • Masalah perumahan dan bangunan Secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria berikut: a. Memenuhi kebutuhan fisiologis, yaitu pencahayaan, penghawaan dan ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu. b. Memenuhi kebutuhan psikologis, yaitu privacy yang cukup, komunikasi yang sehat antar keluarga dan penghuni rumah. c. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah dengan penyediaan air bersih,pengelolan tinja dan limbah rumah tangga, bebas vector dan penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yang cukup. d. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis sempadan jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir. Masyarakat pedesaan pada umumnya memiliki hunian yang sederhana, system pencahayaan dan ventilasi perlu di perhatikan agar sesuai staandar yang seharusnya, pengadaan fasilitas juga masih belum memenuhi mungkin diakibatkan karena pola hidup dan tingkat pendapatan masyarakat yang relative rendah. USAHA PENANGGULANGAN. Berbagai usaha untuk menaggunlangi maslah kesehatan lingkungan telah dijalankan oleh Pemerintah. Dalam ruang lingkup yang lebih besar, usaha penanggulangan ini termasuk bagian dari usaha pemerintah dalam mengelola kwalitas lingkungan. Sejak tahun 1972 telah dibentuk suatu Panitia Nasional Lingkungan Hidup yang diketuai oleh Menteri Penertiban Aparatur Negara dengan LIPI sebagai sekretarisnya. Panitia ini telah berhasil menggariskan beberapa kebijaksanaan guna mengatur masalah kualitas lingkungan hidup di tanah air seperti misalnya : (1)Pengaturan tentang sumber-sumber daya alam, termasuk didalamnya antara lain mengenai kehutanan, pertambangan dan pengairan. (2)Masalah transmigrasi dan pengembangan kota/daerah (3)Pengaturan tentang kesehatan, termasuk didalamnya segi-segi kesehatan dan radiasi. (4)Pengaturan tentang masalah yang erat hubungannya dengan lingkungan hidup, yakni pertanian, peternakan, perikanan dan industri. Dalam ruang lingkup yang lebih kecil, yakni yang ada kaitannya dengan kesehatan, maka melalui Departemen Kesehatan yang bekerja sama dengan berbagai departemen atau instansi lainnya, telah banyak hal-hal positif yang berhasil dilakukan. Tentu saja dalam pelaksanaanya kesemua program yang disususn ataupun dijalankan tersebut diprioritaskan pada masalah-masalh yang paling pokok. Demikianlah untuk masalah air minum serta jamban misalnya, telah dikeluarkan INPRES khusus guna mengaturnya, berturut-turut INPRES No. 5 tahun 1974, INPRES No. 7 tahun 1975 serta INPREES No. 4 tahun 1976 yang dikenal dengan program SAMIJAGA. Selama PELITA II direncanakan untuk membangaun sebanyak 1.200 instansi air minum perpi[aan di daerah pedesaan yang tersebar diseluruh Indonesia, 20.000 buah sumur pompa tangan serta 500.000 jamban keluarga, yang pelaksanaany terutama di daerah pedesaan di Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sulewesi Utara, Sulawesi Selatan dan Bali. Mengenai perumahan, Pemerintah mengusahakan pendirian rumah murah (rumah rakyat), yang telah banyak dilaksanakan di Indonesia, baik melalui PERUMNAS ataupun perusahaan Real Estate, diperkirakan perhatian Pemerintah dalam soal perumahan ini pada masa yang akan datang lebih besar, mengingat telah diangkat seorang Menteri Muda yang mengkhususkan diri dalam masalah ini. Dalam rangka peningkatan perumahan atau pemukiman ini, tidak dapat pula diabaikan program pembangunan/perbaikan kampung yang saat ini banyak dilaksanakan di berbagai kota besar, seperti di Jakarta dengan proyek Husni Thamrin. (sasudi online,”environmental health” 18 feb2010) Kesimpulan Karakteristik lingkungan di pedesaan,pada umumnya tidak terlalu padat seperti di daerah perkotaan,sehingga masalah kesehatan penduduk di pedesaaan akan berbeda dengan penduduk di daerah perkotaan. Persediaan air bersih di daerah pedesaan sangat terbatas sehingga banyak penduduk desa sulit untuk mendapatkan air bersih dan timbulnya penyakit akibat terbatasnya ketersediaan air bersih. Kebiasaan penduduk desa dalam membuang kotoran di bantaran sungai mengakibatkan kurangnya kualitas air bersih.Hal ini juga menyebabkan timbulnya penyakit-penyakit pada penduduk. Masyarakat pedesaan pada umumnya memiliki hunian yang sederhana, system pencahayaan dan ventilasi perlu di perhatikan agar sesuai staandar yang seharusnya, pengadaan fasilitas juga masih belum memenuhi mungkin diakibatkan karena pola hidup dan tingkat pendapatan masyarakat yang relative rendah. Daftar Pertanyaan 1 Fransien Tamusa (080112054) Jelaskan program-program pemerintah khususnya dinas kesehatan dalam hal kesling pemukiman! Jawab: Pada saat ini program pemerintah/dinas kesehatan adalah mempromosikan atau mensosialisasikan tentang kesling peukiman,serta adanya UU yang mengatur kesling pemukiman tersebut. 2. Ardi Pelealu (080112086) Kiat-kiat pemerintah dalam promosi kesehatan masyarakat pedesaan mengenai pembuangan sampah di sungai? Bagaimana penggunaan dynamo dalam sumur? Jawab: Sediakan tempat sampah dan adakan penyuluhan.., dapat juga dgn menambahkan papan-papan promosi kesehatan. 3. Chichilya Pangasa (080112067) Bagaimana mensosialisasikan penanggulangan penggunaan air sumur? Jawab: Dengan memberi saran agar menutup sumur tersebut dan membuat sumur baru.Atau juga bisa bila sumur dekat dengan sumber pencemaran/saluran pembuangan yang dapat mencemari sumur,maka mesti membuat saluran baru yang jauh dari sumur. 4. Shintya Gosal (080112032) Hal-hal apa yang dapat anda lakukan untuk mengatasi masalah-masalah di pedesaan? Jawab: Hal yang dapat kami lakukan adalah memberikan penyuluhan kepada orang tua di desa tersebut tentang kesehatan lingkungan di pemukiman, sebab orang tua dapat memberikan contoh kepada orang yang muda. Sehingga dapat terwujud pemukiman desa yangsehat. 5. Imelda Sabanari (080112028) Baikkah penggunaan air dengan air sumur bor serta dampaknya bagi kesehatan? Jawab: Penggunaan sumur bor tidaklah buruk dan tidak memiliki dampak yang buruk bagi kesehatan,jika sumur tersebut memenuhi syarat sumur yang baik.Pengunaan sumur bor biasanya digunakan pada daerah yang susah mendapatkan air.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar